soundtrack: "Over Again-One Direction" >w
Pevita menatap Harry nanar. Sebentar. Hanya sebentar saja lalu mengalihkan pandangannya lagi. "Maksudmu, mencoba menjadi bagian dari hidupku? Tidak, Harry, itu tidak akan pernah. Aku punya alasan dan kau tidak perlu tahu! Biarkan hanya aku yang mengetahui dan mempelajarinya," katanya sambil menatap ke arah jalan."Kau berubah, Pevita. Kau sungguh berubah. Aku kecewa dengan perubahanmu dan rindu sekali dengan kau yang dulu. Bukan cuma aku. Semuanya rindu."~Miracle of Love (Part 2)~ ~~~"Pevita bisa bantu Mama?"
Pevita yang berada di ruang tengah segera berjalan menuju dapur. "Ada apa, Ma?"
"Danielle menitip ini untuk kau antar ke studio pacarnya."
Pevita kaget. "What?" bisiknya. "Why me? Dia bisa sendiri, kan?"
"Danielle sedang berada di luar negeri. Tadi pagi dia berangkat. Dia latihan untuk pentasnya di sana," kata Mama Pevita sambil mengambil sebuah tas kain. "Antarkan saja, Pevita! Bantu sepupumu. Lagipula, kau hanya mengantarnya ke studio Liam. Bukan ke rumahnya, kan?"
Ia, aku tahu! Tapi apakah Mama mau mengantarnya jika berada dalam posisiku sekarang ini?? Akh!! Shit!! umpatnya dalam hati.
Mama Pevita segera menyerahkan tas kain itu kepada Pevita lalu menahannya sebentar. "Antar ini atau Mama akan mengurangi uang bulananmu atau bahkan tidak akan ada uang bulanan," ucap Mama Pevita lalu mengecup dahi Pevita dan segera naik ke lantai 2.
Akhirnya Pevita memutuskan untuk menelepon Danielle dan memprotes semuanya. Panggilan pertama, Danielle tidak mengangkat. Hingga panggilan kedua. Dan pada panggilan ketiga Danielle menjawab dari sana. Betapa dongkolnya Pevita karenanya.
"Hey, are you kidding me? Apa maksudmu dengan menitipkan barang untuk kuantarkan ke pacarmu?"
"Oh, oh, oh, Pevita Sayang. Aku tidak bisa menangkap semua perkataanmu jika kau bicara secepat itu," kata Danielle di ujung sana tanpa ada rasa bersalah.
"Dani, aku tidak mau ke sana untuk mengantar titipanmu atau dengan alasan apapun."
"Pevita sepupuku, kau tidak boleh berbicara seperti itu! Kau tidak mau, kan, menyesalinya nanti? Lakukan saja, Babe! Kupikir ancaman Mommy bisa menaklukkanmu. So, jangan kecewakan aku dan Mommy. Semoga harimu menyenangkan!"
Danielle memutuskan sambungan. Otomatis membuat Pevita semakin dongkol. Dia hanya bisa memukul meja lalu menjerit kecil. Ukh!!
"Pevita!! Antarkan barang itu sekarang! Atau uang bulananmu tidak ada dan kau akan tidur di luar malam ini!" teriak Mama Pevita dari lantai 2 yang langsung membuat Pevita menjawab 'iya'.
"Oh, God!"
***
Pevita mempercepat laju mobilnya. Dia tidak ingin lama-lama melakukan sesuatu yang berhubungan dengan boyband yang tidak ingin didekatinya. Sesampainya di studio, Pevita langsung memarkirkan mobilnya lalu masuk ke studio.
"Hai, Pevita! Kau mengantar Danielle lagi?" sapa Niall saat di lantai dasar. Sepertinya, dia akan mencari sarapan di luar.
"Tidak, aku mengantarkan titipan Danielle untuk Liam. Danielle sedang di luar negeri mengadakan pentas."
"Oh, tapi sayang sekali, Liam belum datang. Kira-kira tengah hari nanti Liam baru datang. Kau bisa titip ini di Harry. Dia ada di atas."
Pevita diam sebentar. "Tapi au tidak bisa. Kata Danielle, aku harus mengantarnya sampai ke Liam tanpa perantara seseorang."
"Kalau begitu, tunggu saja Liam di studio. Maddison, temanmu, juga ada di atas."
Maddison adalah anak produser One Direction yang merupakan teman sekelas Pevita di sekolahnya. Walaupun seorang anak produser, dia tidak terlalu terobsesi dengan artis yang diproduseri Ayahnya. Menurutnya itu bukanlah artis bagi dia. Hanya teman kerja Ayahnya. Anaknya seru dan pintar buat joke.
"Oke, baiklah, terima kasih," kata Pevita lalu berlalu menuju lift.
Pevita sudah sampai di studio. Dia tidak menemukan Harry di sana. Hanya ada Maddison dan Ayahnya.
"Selamat pagi, Mr. Psac dan Maddison!" sapa Pevita.
"Halo, Pevita. Tumben kau kemari. Ada apa?" tanya Mr. Psac mendahului anaknya.
"Aku hanya ingin memberikan titipan Danielle kepada Liam langsung. Tapi, kata Niall, Liam akan datang tengah hari. Jadi, dia menyuruhku menunggunya. Aku tidak merepotkan di sini, kan, Mr. Psac?"
"Tentu tidak, Pevita. Maddison, temani Pevita sementara Ayah akan mengunjungi salah satu produser lain."
Mr. Psac keluar dan Pevita segera menceritakan semuanya kepada Maddison.
"Kau sungguh sial, Pevita," komentar Maddison. "Aku juga sedang sial hari ini. Aku dipaksa kemari karena tidak ada yang menjagaku di rumah. Ayah sungguh konyol! Dia pikir aku anak kecil yang baru berumur 7 tahun?"
Tiba-tiba Harry datang membawa secangkir kopi. Dia melihat Pevita di situ dan Pevita melihatnya juga. Tatapan mereka bertubrukan. Tetapi Pevita cepat-cepat mengalihkan tatapannya.
"Kau di sini?" tanya Harry.
Pevita tidak menjawab. Maddison yang menjawab. "Iya, dia menunggu Liam untuk memberikan titipan Danielle."
"Maddison, antar aku berkeliling," pinta Pevita yang ingin menghindari Harry.
Tiba-tiba, Mr. Psac masuk dan mengajak Maddison pulang. Katanya, nenek dari Mr. Psac sudah datang tadi dari Australia.
"Aku kira tidak bisa sekarang, Pev. Aku harus pulang. Nenekku sudah tiba di rumah," kata Maddison smabil tersenyum.
Pevita menganga. Lalu, bagaimana nasibnya? Dia... Harry... ditinggal... berdua...?
Oh, God! Aku tidak mungkin pulang, kan? katanya dalam hati.
Pevita berusaha tersenyum. "Oke, baiklah, hati-hati si jalan. Berikan salamku pada Nenekmu."
"Kau akan baik-baik saja, kan?" tanya Maddison memastikan.
"Iya, aku akan baik-baik saja."
***
"Di sebelah sini adalah bagian rekaman. Di sana bagian kostum. Kadang aku tidak bisa menggunakan ruangan. Sungguh banyak pakaian di dalam. Jadi, aku ganti di sini saja."
Ya, Pevita sedang mengelilingi studio bersama Harry. Ini terpaksa dia lakukan. Daripada berdiam diri di ruangan tadi layaknya orang tolol.
Pevita menginjak sesuatu lalu tergelincir. Dengan sigap Harry menangkap tubuh Pevita. Pandangan mereka bertubrukan lagi. Harry cepat-cepat mengalihkan pandangannya lalu membantunya berdiri. Dia tidak ingin lama-lama dengan keadaan seperti itu. Dia tidak ingin Pevita berpikir yang lain-lain.
"Maaf," ucap Harry.
Untuk apa kau minta maaf, Bodoh? Kau menyelamatkanku dan... "Terima kasih."
~Pevita's POV~
Shit! Aku merasa dia tiba-tiba menjadi hangat. Aku merasakan nyaman di dekatnya. Dia melingkupiku dengan auranya. Aku aman. Apakah memang selama ini aku salah menjauhinya? Hanya karena alasan aku tidak ingin dilukai oleh seseorang. Aku terlalu egois selama ini. Damn! Bagaimana kalau memang aku salah? Tapi, bagaimana kalau aku benar? Oh, Tuhan, hanya padamulah aku jujur. Jujur, aku merasa nyaman, tapi, aku takut, Tuhan. Entah apa yang kutakutkan!
***
~Author's POV~
"Shit!! Apa ada yang lebih buruk lagi mobil mogok?!"
Tiba-tiba Harry datang. "Ayo, kuantar kau naik motor! Mobilmu tinggalkan saja di sini. Akan kupanggilkan montir untuk mengerjakannya. Mungkin, besok kau bisa mengambilnya."
"Tidak, terima kasih."
Harry menghela napasnya. "Sudah kesusahan masih saja tetap dingin. Oke tidak apa-apa. Berarti, kau akan jalan dari sini ke rumahmu? Asal kau tahu saja, ya, taxi tidak bisa masuk daerah ini."
Pevita diam menatap kesal ke arah Harry.
"Jadi, kau akan tetap jalan dan membuat betismu besar?"
Pevita tetap diam. Harry kemudian memberikan helm kepada Pevita dan segera menyalakan motor gedenya. Pevita tetap diam di tempatnya. Ingin sekali dia menimpuk Harry dengan helm yang dipegangnya. Tapi dia mengurungkan niatnya.
"Ayo, naik!" perintah Harry yang membuat Pevita pun akhirnya naik. "Pegangan yang kuat!" seru Harry.
"Apa?!" seru Pevita tidak percaya. Tentu saja dia tidak mau melingkarkan lengannya di perut lelaki itu. Euuhh, pikirnya. Tetapi Harry segera menancap gasnya membuat Pevita segera melingkarkan lengannya. Harry tersenyum menang.
~Pevita's POV~
Lagi-lagi perasaan itu. Shit!! Kenapa bisa sehangat ini? Apa aku bermimpi? Sejak kapan tubuhnya hangat? Oh, aku baru ingat. Aku baru pertama kali seperti ini. Jujur, aku ingin kehangatan ini terus ada. Tapi, bisakah bukan ada pada Harry? Oh, Tuhan. Aku merasa sangat hangat dan nyaman. Dan lagi, aku bisa mendengar jantungnya. Lebih cepat dari detak jantung biasa. Shit!!
***
to be continue...note: maaf kalau yg ini gaje. Nggk tau mau nulis alur gimana lg! Tapi, mudah2an dpt respon postive =))