Hai Sobat mayakuu…!! Lama tidak menyapa, membuatku rindu untuk menulis lagi disini. Hihihi.. ^_^
Iguana
Kali ini, aku ingin bercerita tentang persahabatanku dengan seekor Iguana hijau beberapa tahun silam. Usiaku saat hewan tersebut mulai dipelihara oleh keluargaku mungkin masih sekitar 7 atau 8 tahun. Disaat aku dan mama sudah tinggal dirumah kakek, setelah Papa meninggal.
Pada awalnya, Iguana itu jinak, pendiam, dan sekalipun tidak pernah galak apalagi menggigit. Aku bahkan masih ingat waktu aku masih belajar naik sepeda roda dua. Kebetulan pada saat itu aku menunggu Mama, Nenek dan Kakekku yang pergi memilih (dalam rangka pemilu capres waktu itu, sekitar tahun 2004). aku hanya dirumah bersama Omku yang terpaksa golput, bukan hanya karena ingin menjagaku dirumah, tapi karena ia juga “malas” untuk memilih pemimpin negara waktu itu, hihihi… :D
Aku bermain sepeda di halaman rumah, sambil menemani Omku membersihkan kandang burung” peliharaan keluarga kami. Termasuk juga membersihkan Iguana hijau itu. dan disaat itu juga, secara tiba-tiba Omku yang penyakit isengnya mulai kambuh lagi, menaruh Iguana hijau tersebut dipunggungku. Aku sempat kaget dan khawatir kalau nanti Iguana itu jatuh dari punggungku. Tapi untung saja, jari-jarinya bisa dengan kuat mencengkram kain bajuku. Akupun bisa bermain sepeda dengan ceria walaupun dipunggungku terasa berat oleh Iguana tersebut. Huhu … Omku tega banget deh -_-“ tapi walaupun begitu, aku tetap senang karena itu adalah kali pertamaku bermain sepeda dengan seekor Iguana yang ukurannya cukup besar (kira-kira sebesar lengan orang dewasa) yang jinak, dan hanya terdiam dipunggungku. ^^
Setelah beberapa putaran mencoba mengayuh sepeda. Akhirnya aku menyerah karena merasa kuku jari Iguana itu mulai menembus kain bajuku. Aku sangat senang bermain bersamanya dihari itu. bukan hanya dihari itu saja. Pada hari-hari biasanya aku juga sering memberinya makan berupa sayuran kangkung atau buah-buahan kesukaannya. Sejak aku mulai mengenal hewan tersebut, Mama, Omku dan yang lainnya sudah mengajarkanku untuk tidak takut dengan Iguana itu. Akupun semakin nyaman dengan Iguana hijau tersebut. Mungkin karena saat itu aku tidak punya teman bermain di rumah, aku jadi sering bermain dengan Iguana, ataupun burung kakaktua dan nuri piaraan kakek waktu itu.
Tapi ternyata, kebahagiaanku bersama Iguana hijau tersebut hanya sebentar. Beberapa tahun kemudian, hewan yang masih sebangsa dengan kadal dan buaya itu tidaklah jinak lagi. Ia berubah menjadi galak dan buas seperti sebangsanya. Warna kulitnya pun berubah dari yang sebelumnya hijau cerah menjadi agak kecoklatan. Mungkin hal itu terjadi karena umurnya yang sudah tua, atau mungkin saja dia stress, aku kurang tahu. Yang jelas, jika si Iguana diberi makan, dia seperti ingin memakan tangan sipemberi makan. Akupun jadi takut dibuatnya. Bukan hanya aku, bahkan Mama, nenek, kakek, om dan tanteku pun berhati-hati jika ingin memberinya makan. Kandangnya pun selalu terkunci rapat. Setiap hari aku hanya bisa melihatnya dari jauh, sambil mengenang kenangan membahagiakanku bermain bersamanya beberapa tahun sebelum itu.
Oh ya, aku jadi teringat, disaat Iguana yang kini menjadi “buas” itu tanpa disangka lepas dari kandangnya, dan masuk kedalam rumah kakek. Seketika, aku langsung berlari dan bersembunyi didalam kamar. Aku mengintip di lubang kecil yang terdapat diengsel pinta (tempat kunci pintu). Om dan kakekku terlihat berusaha untuk menangkap dan mengikat Iguana tersebut. Seperti buaya saja, ya?!
Saat hewan tersebut dipelihara, kami memang tidak berpikir untuk memberinya nama. Aku dan keluargaku pun sudah terbiasa menyebutnya dengan nama jenisnya, yakni Iguana. Dan sekitar tahun 2005 yang lalu, karena kakek maupun keluarga yang lainnya juga sudah mulai resah dengan ke”buas”an hewan tersebut, akhirnya si Iguana diberikan kepada salah seorang teman dari tanteku, yang kebetulan juga menawarkan diri untuk memelihara dan merawatnya. Dan akhirnya, aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal dan “bye bye” untuk Iguana yang dulu sempat kuanggap sebagai teman baikku itu.
Kakaktua hijau dan putih
Selain Iguana, saat kecil aku juga sering bermain dengan dua ekor burung Kakaktua piaraan kakek. Kakaktua tersebut berwarna hijau dan putih. Sifat keduanya sangat berbeda. Yang hijau sifatnya lebih pendiam dan lebih jinak dibandingkan dengan yang warna bulunya putih, yang setahuku Kakaktua yang paling galak sedunia. -_-
Bisa ditebak, aku lebih sering bermain dengan Kakaktua yang mana? Yap! Yang warna bulunya hijau dengan sedikit warna kuning dan oranye yang menghiasi bulu hijaunya itu. Disaat merasa kesepian karena dirumah kakek yang anak-anak hanya aku seorang, aku jadi sering mengunjungi kandangnya dan memberinya makan berupa jagung, wortel, ataupun sayuran lainnya.
Dan jauh berbeda dengan si Kakaktua putih yang memiliki ciri khas rambut kuning yang selalu berdiri disaat ia marah ataupun berteriak. Hewan itu galaknyaa minta ampun dah! Terkadang aku suka kesal kalau mendengar teriakan minta makannya yang hampir terdengar diseluruh pelosok gang rumahku disetiap sore hari. Biasanya kalau aku pulang sekolah sore, sebelum belokan terakhir sampai dirumah, aku sudah mendengar teriakan khasnya itu. Benar-benar berisik! Sebenarnya, burung Kakaktua jenis ini bisa berbicara, atau meniru suara manusia. Tapi entah mengapa, ia hanya bisa berteriak kencang. Ada juga Kakaktua milik salah seorang tetanggaku, dia bisa meniru dengan jelas suara orang yang mengajaknya berbicara. Bahkan sampai batuk pun ditirunya. Saat itu aku pun jadi berpikir, “Coba Kakaktua kakek seperti burung itu ya! Pasti nggak bakal ngeselin.” (Maklumlah, pikiran anak-anak) Heheee…
Tapi kini, kedua burung Kakaktua itu sudah tidak lagi dipiara kakek :( kalau yang putih sih, bodo amatlah! dia mau dikasih ke siapa juga, aku nggak ngurusin. Masalahnya ya si hijau itu.. dia tidak dikasih ke siapa-siapa. Bukan juga mati. Pada suatu hari, disaat aku baru tiba dari sekolah, tak disangka Kakaktua hijau itu lepas dari kandangnya. Aku sempat melihatnya hinggap di pohon mangga depan rumah kakek, sebelum akhirnya dia terbang dengan bebas ke langit. Entah sampai dimana, dan siapa orang beruntung yang mendapatkan Kakaktua yang baik itu.
Sekian dulu ceritaku yah sobat! Sbenarnya sih, masih banyak yg ingin kuceritakan tentang masa kecilku yang indah (dengan nama Indah) :D Ada kisah tentang marmut dan kelinci peliharaanku yg semuanya sudah mati :( kucing anggora piaraan Omku, serta si Pinko dan Pinky, sepasang kelinci peliharaan Om dan tanteku, dan masih banyak lagi.
tapi, ya lain kali aja deh! Di postingan berikutnya :D
bye!
not angka
Published:
2012-11-23T08:54:00-08:00
Title:Aku, dan hewan peliharaan Kakek
Rating:
5 On
22 reviews