SURPRISE FOR CHERRY
“Gisel, ayo dong. Jangan marah gitu. Aku nggak pernah sekalipun mencuri handphone kamu! Aku juga nggak tahu, kenapa handphone kamu itu bisa ada di dalam tasku.” Mohon Cherry, sahabat Gisel yang dituduh mencuri handphone Gisel yang hilang. Karena kebetulan, handphone Gisel ditemukan di dalam tas Cherry.
“Udahlah, Cherry! Aku nggak mau lagi dengerin penjelasan kamu. Semuanya sudah terbukti kalau kamu yang sudah mencuri handphoneku!!” bentak Gisel, sambil terisak.
“Iya Cherry. Kamu kan udah terbukti bersalah. Tapi, kenapa kamu nggak mau ngaku juga, sih? Ngaku aja deh, kalau memang kamu yang udah mencuri hp Gisel!” tuduh Karin, yang juga sahabat Gisel dan Cherry.
“Sumpah! Aku bener-bener nggak mencuri hpnya Gisel. Niat aja aku nggak pernah, apalagi sampai mencuri kayak gitu …!!” tutur Cherry, yang hampir menangis karena tuduhan dari kedua sahabat karibnya itu. “Kalian ini kenapa, sih? Kita bertiga kan sahabat. Kenapa kalian malah nggak percaya sama aku?”
Gisel memukul meja dengan keras. “Iya, aku tahu kalau kamu sahabatku! Tapi bukan berarti aku harus membela kalau kamu terbukti mencuri handphoneku!” bentak Gisel, yang didengar hampir seluruh siswa yang beristirahat di dalam kelas.
Cherry pun terdiam menunduk. “Apa yang salah sih, dengan hari ini? Kenapa hari ini sepertinya aku jadi sial terus, ya? Kenapa juga, tidak ada satupun teman yang membelaku?” gumam Cherry dalam hati, sambil bersedih.
Gisel pun melirik Cherry yang sedang tertunduk sedih, lalu tersenyum penuh rahasia ke arah Karin yang duduk disampingnya.
Tak berapa lama kemudian, sebuah pesawat kertas mendarat dimeja Cherry yang tengah menunduk sedih. Cherry pun membuka pesawat kertas tersebut, dan membaca isi pesannya. “Cherry, kalau kamu mau aku maafkan, pulang sekolah nanti aku tunggu kamu di taman belakang rumahku. Kalau kamu tidak datang, berarti kamu bukan sahabatku lagi!”
Cherry pun berbalik badan, dan memperhatikan Gisel dan Karin sedang berbisik-bisik. “Sepertinya … ada yang aneh sama mereka berdua. Tapi, apa ya?” Cherry bertanya-tanya dalam hati, sambil melihat kedua sahabatnya yang seakan memusuhinya itu.
Sepulang sekolah, Cherry yang hari ini pulang sendirian pun langsung menuju rumah Gisel dengan mengendarai sepedanya.
Sesampainya di depan rumah Gisel, Cherry kembali bertanya-tanya. “Gisel punya rencana apa, sih? Atau jangan-jangan, dia lapor sama Papa dan Mamanya, terus memanggilku ke sini untuk memberiku pelajaran? Aduh aduuhhh … kok jadi gini, sih?? Kenapa hari ini adaaa aja masalah yang menimpaku.” tuturnya lirih.
Cherry pun teringat dengan isi pesan dari pesawat kertas tadi. “Kalau aku tidak datang ke rumah Gisel hari ini, persahabatanku dengan Gisel, sekaligus Karin bisa putus. Ya sudahlah! Beranikan diri saja. Apapun yang terjadi akan aku hadapi.” gumamnya optimis.
Dengan sedikit ketakutan, Cherry pun memberanikan diri memasuki rumah Gisel. Namun anehnya, rumah Gisel terlihat sepi bagai tak berpenghuni. Cherry pun segera berjalan menuju ke halaman belakang rumah Gisel.
“Lho? Kok sepi begini, ya? Gisel beneran nggak sih, nyuruh aku kesini? Nyatanya nggak ada siapa-siapa disini.” gerutu Cherry, yang terkejut melihat taman belakang rumah Gisel yang terlihat hening dan sepi.
Dengan melangkah perlahan, Cherry memasuki taman kecil tersebut, dan berdiri membelakangi rumah Gisel. Dan seketika itu pula, Gisel, Karin, bersama teman-teman sekolah Cherry yang lain pun bersorak mengagetkan Cherry.
“Surprise…!!!” teriak Gisel, serta teman-teman lainnya dengan serempak. Itu pun membuat Cherry terkejut, dan kebingungan.
Tak lama setelah itu, ia pun mengingat sesuatu hal yang rupanya tidak ia ingat pada hari ini. “Oh iya! Hari ini kan, ulang tahunku yang ke-12, kok aku bisa sampai lupa, ya?” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.
“Happy Birthday … Cherry! Kamu pasti lupa ya, kalau hari ini kamu ulang tahun?” ucap Gisel, yang membawa sebuah kue tart berhiaskan lilin berangka 12.
Cherry terharu. “Iya Gisel. Aku sampai lupa kalau hari ini ulang tahunku. Ooh … jadi, semua kejadian aneh di sekolah tadi, rencana kalian semua ya, untuk ngerjain aku?”
Gisel dan Karin tersipu. “Hehe … iya Cherry. Sebelumnya, kami juga sempat beritahu teman-teman yang lain, supaya tidak ada yang membelamu. Tapi, maafkan kami semua, ya Cher! Kami semua hanya mau membuat hari ini jadi berkesan buat kamu. Inikan hari spesial buat kamu. Maafkan kami, ya!” jelas Karin.
“Iya, Cher! Kami minta maaf. Kamu jangan marah, ya!” sambung Gisel.
Setelah sejenak terdiam dan berpikir, Cherry pun menjawab. “Iya deh. Kalian semua aku maafin. Tapi, kalian emang bener-bener deh! Sukses banget buat aku sedih dan kesal banget hari ini. Eh, tapi makasih ya teman-teman … Cerita Hari Ini benar-benar berkesan banget buat aku.” sahutnya. Tanpa terasa, air mata Cherry pun menetes.
“Iya, sudah sudah … sekarang, tiup lilinnya dulu! Tapi, sebelumnya make a wish dulu, ya Cher!” pinta Gisel.
“Huuufftt …” Cherry meniup lilin ulang tahunnya yang berangka 12, setelah sejenak terdiam memohon harapan.
“Thanks ya, my Friends! hari ini aku bahagiaa … banget! Setelah sebelumnya, rasanya sedih, dan kesel banget sama kalian. Makasih banget ya, teman-teman!” ucap Cherry terharu.
Lalu kemudian, setelah duduk di kursi taman, Ayah, Bunda, serta adik Cherry pun datang.
“Selamat ulang tahun, kak Cherry …” ucap Riza, adik Cherry yang berumur 6 tahun, serta Ayah dan Bundanya.
Cherry tersenyum heran. “Riza, Ayah, Bunda? Kalian juga sudah tahu rencana teman-teman hari ini?” sahutnya heran.
Riza, beserta Ayah dan Bundanya mengangguk tersenyum. “Iya kak. Tapi jangan marah, ya! Kami semua kan, sayang sama kakak!!” tutur Riza polos.
Ayah dan Bunda pun memeluk, dan mencium pipi Cherry. “Selamat ulang tahun, Cherry …! Semoga kedepannya, kamu bisa mencapai semua apa yang kamu cita-citakan.”
“Terima kasih Ayah, Bunda … Cherry janji, akan menjadi anak yang lebih baik lagi dari yang kemaren-kemaren, serta kakak yang baik juga buat Riza.” Cherry menghapus air matanya.
“Nah! Karena semuanya sudah lengkap ada di sini, sekarang Cherry potong kuenya, ya!” seru Gisel, seraya memberikan pisau kaca pemotong kue tart kepada Cherry.
“Makasih, Gisel.”
Setelah memotong kue tart, Cherry pun memberikan potongan pertama untuk Ayah dan Bundanya. “Kue ini untuk Ayah dan Bunda, yang selama ini selalu memberikan yang terbaik buat Cherry.”
Ayah dan Bunda Cherry terharu. “Makasih sayang …” jawabnya singkat, lalu kembali mencium kedua pipi Cherry.
“Kak Cherry, kue buat Riza mana, kak?” tagih Riza, yang sejak tadi sibuk mencolek krim dikue tart.
Semua teman-teman Cherry tertawa dengan sikap polos Riza. “Iya deh!” ucap Cherry, lalu kemudian memotong kue tart cokelat itu, dan memberikannya kepada Riza.
“Terima kasih, kakak!” seru Riza dengan wajah ceria.
“Nah! Potongan kue yang selanjutnya ini, aku berikan kepada dua sahabat karibku, yang selama ini selalu menjadi penyemangat, dan tempat curhatku … Gisel dan Karin.”
Semua teman-teman Cherry bertepuk tangan. Mimik wajah Gisel dan Karin terlihat tersipu malu.
“Terima kasih, Cher! Kamu juga selalu menjadi sahabat yang baik buat kami.” kata Gisel. Lalu tersenyum ceria, sambil merangkul Cherry bersama Karin yang berdiri mengapitnya.
not angka
Published:
2012-02-05T20:27:00-08:00
Title:SURPRISE FOR CHERRY
Rating:
5 On
22 reviews